MITOS
Mitos adalah suatu kepercayaan yang
diyakini sebagaian orang nyata terjadi dan sebagian lain tidak memercayai
kebenarannya. Atau sebuah cerita fiktif yang bias kita percaya atau tidak
kebenarannya.
Dalam pelajaran bahasa Indonesia, kata mitos sendiri
berasal dari kata mite (myth) yang berarti prosa rakyat. Jadi arti erita mitos
disini dapat diuraikan menjadi cerita prosa rakyat yang sudah dikenal sejak
lama dan telah dipercayai bahwa pristiwa yang diceritakan didalam sebuah alur
cerita tersebut memang pernah terjadi.
Contoh cerita mitos :
Stress
dapat membuat rambut beruban dalam semalam
Bukti memang menunjukkan bahwa stres
dapat mempercepat rambut beruban. Seseorang yang mengalami ketegangan dan
kesedihan dalam waktu lama dapat lebih cepat memiliki rambut beruban. Namun,
prosesnya tidak dalam satu malam. Proses perubahan warna rambut menjadi abu-abu
terjadi secara bertahap. Pola perubahan warna biasanya bersifat genetik, ada
rambut yang tetap hitam ada juga yang berubah abu-abu.
Kita hanya
menggunakan 10 persen otak kita.
Sejumlah studi pencitraan otak telah
menunjukkan bahwa tidak ada satu wilayah pun di otak yang benar-benar diam atau
tidak aktif. Pencitraan otak secara rinci telah gagal mengidentifikasi 90
persen isi otak yang “tidak termanfaatkan”. Mitos bahwa otak kita baru sebagian
kecil saja yang dimanfaatkan mungkin berasal dari para penjual yang mencoba
menawarkan “inovasi baru” dalam meningkatkan kemampuan otak.
LEGENDA
Legenda adalah kejadian dimasa
lampau yang benar-benar terjadi dan sampai saat ini masih ada bekas sejarahnya
.
Contoh cerita legenda :
Legenda sekar langit
Sekar
langit merupakan suatu tempat wisata air terjun di daerah magelang jawa tengah.
Menurut kisahnya legenda sekar
langit yang artinya bunga yang turun dari langit .Dahulu kala ada 7 bidadari
yang sedang mandi di air terjun sekar langit lalu ada pemuda yang bernama jaka
tarub dengan tidak sengaja mengintip ke7 bidadari tersebut melihat kecantikan
para bidadari tersebut akhirnya ia mengambil salah satu selendang bidadari yang
sedang mandi itu .
Setelah
selesai mandi di air terjun tersebut salah satu bidadari ada yang kehilangan
selendangnya .Akhirnya ke6 bidadari meninggalkan salah satu bidadari yang
kehilangan selendangnya tersebut dan ke6 bidadari itu pergi kekhayangan .
Tinggal bidadari tersebut yang
kehilangan selendangnya dan menikah dengan jaka tarub .
CERITA RAKYAT
Legenda atau cerita rakyat adalah cerita pada
masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya
yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang di miliki
masing-masing bangsa .
Roro Jonggrang, Timun Mas, Si Pitung, Legenda
Danau Toba, dan ber-Ibu Kandung Seekor Kucing merupakan sederetan cerita rakyat
yang ada di Indonesia. Masih banyak sederetan cerita rakyat .
Contoh cerita rakyat :
Alkisah di sebuah kampung, hiduplah seorang janda yang memiliki dua orang
anak gadis yang cantik,
Bawang Merah dan
Bawang Putih. Ayah
kandung Bawang Putih telah lama meninggal dunia. Bawang Merah dan Bawang Putih
memiliki sifat dan perangai yang sangat berbeda dan bertolak belakang. Bawang
Putih adalah gadis sederhana yang rendah hati, tekun, rajin, jujur dan baik
hati. Sementara Bawang Merah adalah seorang gadis yang malas, sombong, suka
bermewah-mewah, tamak dan pendengki. Sifat buruk Bawang Merah kian menjadi-jadi
akibat ibunya selalu memanjakannya. Sang janda selalu memenuhi semua permintaan
dan tuntutan Bawang Merah. Selain itu semua pekerjaan di rumah selalu
dilimpahkan kepada Bawang Putih. Mulai dari mencuci pakaian, memasak,
membersihkan rumah, hampir semua pekerjaan rumah selalu dikerjakan oleh Bawang
Putih seorang diri, sementara Bawang Merah dan Ibu Tiri selalu berdandan dan
bermalas-malasan. Jika mereka memerlukan sesuatu, tinggal menyuruh-nyuruh
Bawang Putih.
Bawang Putih tak pernah sekalipun mengeluhkan nasib buruknya. Ia selalu siap
sedia melayani sang Ibu Tiri dan Saudari Tirinya dengan senang hati. Pada suatu
hari Bawang Putih tengah mengerjakan pekerjaan rumah mencuci pakaian milik Ibu
Tiri dan Saudari Tirinya. Akan tetapi Bawang Putih tak menyadari bahwa sehelai
kain milik Ibu Tirinya telah hanyut terbawa arus sungai. Ketika Bawang Putih
menyadarinya, ia sangat sedih dan takut bila diketahui hilangnya kain itu, maka
ia akan dimarahi dan disalahkan oleh Ibu Tirinya. Bukan mustahil bahwa Bawang
Putih akan dihukum bahkan diusir dari rumahnya.
Khawatir kehilangan kain tersebut, Bawang Putih dengan gigih dan tekun tetap
mencarinya sambil berjalan menyusuri sepanjang sungai yang berarus deras itu.
Tiap kali bertemu seseorang di sungai ia selalu menanyakan apakah mereka
melihat kain tersebut. Sayang sekali tak seorangpun yang melihat dimana kain
hanyut itu berada. Hingga pada akhirnya Bawang Putih tiba di bagian sungai yang
mengalir ke dalam gua. Ia sangat terkejut ketika mengetahui ada seorang nenek
tua yang tinggal di dalam gua tersebut. Bawang Putih menanyai nenek tua itu
mengenai keberadaan kain Ibu Tirinya. Nenek tua itu mengetahui dimana kain itu
berada, akan tetapi ia mengajukan syarat bahwa Bawang Putih harus membantu
pekerjaan sang nenek tua. Karena telah terbiasa bekerja keras, dengan senang
hati Bawang Putih menyanggupi untuk membantu sang nenek merapikan dan
membersihkan gua tersebut. Nenek tua itu sangat puas dengan hasil pekerjaan
Bawang Putih. Pada sore harinya Bawang Putih berpamitan kepada sang nenek. Sang
nenek itu kemudian mengembalikan kain milik Ibu Tiri Bawang Putih yang hanyut
di sungai, seraya menawarkan kepada Bawang Putih dua buah labu sebagai hadiah
atas pekerjaannya. Dua buah labu itu berbeda ukuran, satu besar dan yang
lainnya kecil. Karena Bawang Putih tidak serakah dan tamak, ia memilih labu
yang lebih kecil.
Ketika kembali ke rumah, sang Ibu Tiri dan Saudari Tirinya amat marah karena
Bawang Putih terlambat pulang. Bawang Putih pun menceritakan apa yang telah
terjadi. Ibu Tiri yang tetap marah karena Bawang Putih hanya membawa sebutir
labu kecil, ia kemudian merebutnya dan membanting buah itu ke tanah. "Prak..."
pecahlah labu itu, akan tetapi terjadi suatu keajaiban, di dalam labu itu
terdapat perhiasan emas, intan, dan permata. Mereka semua terkejut dibuatnya.
Akan tetapi karena Ibu Tiri dan Bawang Merah adalah orang yang tamak, mereka
tetap memarahi Bawang Putih karena membawa labu yang lebih kecil. Jika saja
Bawang Putih memilih buah yang lebih besar, tentu akan lebih banyak lagi emas,
intan, dan permata yang mereka dapatkan.
Karena sifat serakah dan tamak, Bawang Merah berusaha mengikuti apa yang
dilakukan Bawang Putih. Dengan sengaja ia menghanyutkan kain milik ibunya,
kemudian berjalan mengikuti arus sungai dan menanyai orang-orang yang ia temui.
Akhirnya Bawang Merah tiba di gua tempat nenek itu tinggal. Tidak seperti
Bawang Putih, Bawang Merah yang malas menolak membantu nenek itu. Ia bahkan
dengan sombongnya memerintahkan nenek tua itu untuk menyerahkan labu besar itu.
Maka nenek tua itu pun memberikan labu besar itu kepada Bawang Merah.
Dengan riang dan gembira Bawang Merah membawa pulang labu besar pemberian
nenek tua itu. Telah terbayang dalam benaknya betapa banyak perhiasan, intan,
dan permata yang akan ia miliki. Sang Ibu Tiri pun dengan gembira menyambut
kepulangan putri kesayangannya itu. Tak sabar lagi mereka berdua memecahkan
labu besar itu. Akan tetapi apakah yang terjadi? Bukannya perhiasan yang
didapat, dari dalam labu itu keluar berbagai macam ular dan hewan berbisa.
Mereka berdua lari ketakutan. Baik Ibu Tiri maupun Bawang Merah akhirnya
menyadari sifat buruk dan ketamakan mereka. Mereka menyesali bahwa selama ini
telah berbuat buruk kepada Bawang Putih dan memohon maaf pada Bawang Putih.
Bawang Putih yang baik hati pun memaafkan mereka berdua.